Transformasi Kereta Api Kertajaya dari Masa ke Masa

OTOMAGZ-Bagi jutaan penumpang yang mengandalkan rute Jakarta–Surabaya, nama Kertajaya adalah sebuah legenda. Ia adalah “workhorse”, sang kuda pekerja sejati yang tak kenal lelah menghubungkan dua kota metropolitan. Namun, Kertajaya yang kamu naiki hari ini sangatlah berbeda dari Kertajaya yang beroperasi 15 atau 20 tahun lalu.
Ia telah melalui serangkaian transformasi besar, sebuah evolusi yang mencerminkan modernisasi PT KAI itu sendiri. Mari kita telusuri jejak perubahannya dari masa ke masa.

Era Awal: Sang Kuda Pekerja “K3” Berbodi Mild Steel
Pada awal peluncurannya di era 90-an dan awal 2000-an, Kereta Api Kertajaya lahir untuk satu tujuan: mengangkut penumpang sebanyak mungkin dengan biaya seefisien mungkin. Ia adalah “KA Rakyat” sejati di jalur Pantura.
Bodi Kereta (Rolling Stock): Di era ini, Kertajaya menggunakan gerbong Kelas 3 (K3) standar berbodi mild steel (baja ringan). Kamu pasti ingat ciri khasnya: gerbong bercat livery (corak) biru-putih, atau livery “pelangi” era 90-an.
Kenyamanan Interior: Kata “nyaman” mungkin belum menjadi prioritas utama. Interiornya sangat fungsional. Formasi kursi adalah 3-2 (tiga di kanan, two di kiri) yang membuatnya terasa padat. Kursinya tegak lurus, terbuat dari fiberglass atau busa tipis berlapis kulit sintetis (vinyl).
Fasilitas: Inilah bagian yang paling ikonik. Sebagian besar armadanya saat itu belum dilengkapi Air Conditioner (AC). Penumpang mengandalkan kipas angin gantung di langit-langit, atau sensasi “AC alam” dari jendela yang dibuka. Stopkontak (colokan listrik) adalah barang langka.
Di era ini, Kertajaya adalah tentang fungsionalitas murni, mirip seperti mobil pikap single cabin: tangguh, berisik, panas, tapi selalu sampai di tujuan.
Era Transisi: Revolusi “AC” dan Standar Baru
Transformasi besar pertama dimulai sekitar tahun 2010-an, seiring dengan revolusi besar-besaran di tubuh PT KAI. Di bawah kepemimpinan baru, KAI menetapkan standar baru: “Semua Kereta Penumpang Jarak Jauh Wajib Ber-AC”.
Proses Retrofit Massal: Gerbong-gerbong K3 mild steel Kertajaya yang sudah ada tidak dibuang. Mereka masuk ke Balai Yasa (bengkel kereta api) untuk menjalani proses retrofit besar-besaran.
Pemasangan AC: Kipas angin dicopot, jendela-jendela dikunci permanen, dan unit-unit AC sentral dipasang di langit-langit. Ini adalah lompatan kuantum dalam hal kenyamanan.
Perubahan Livery: Tampilannya juga berubah. Kita mulai melihat livery “Selendang Pecut” berwarna oranye-biru yang lebih segar.
Fasilitas Mulai Ditambah: Stopkontak mulai ditambahkan di setiap baris kursi, meski awalnya hanya dua lubang untuk berlima (di formasi 3-2).
Meski bodinya masih sama (gerbong K3 lama), “jeroannya” sudah di-upgrade. Ini ibarat mobil tua yang di-restomod dengan mesin AC dan power window baru.
Revolusi Kedua: Lahirnya Era “New Generation Stainless Steel”
Inilah transformasi terbesar yang membentuk Kertajaya seperti yang kamu kenal sekarang. Mulai sekitar tahun 2016-2018, PT KAI secara masif memesan armada baru dari PT INKA (Persero). Armada ini dikenal sebagai “K3 New Generation” atau “Rangkaian Stainless Steel”.
Kertajaya adalah salah satu kereta api pertama yang mendapatkan “baju baru” ini secara penuh. Perubahannya total, luar-dalam.

Perubahan Eksterior
Bodi mild steel yang mudah berkarat dan perlu dicat ulang terus-menerus ditinggalkan. Armada baru ini menggunakan bodi stainless steel (baja nirkarat) yang anti karat, kokoh, dan memberikan tampilan modern-futuristis dengan warna peraknya yang khas. Peredaman kabin juga jauh lebih baik.
Revolusi Interior dan Kenyamanan
Di sinilah letak kemewahan sesungguhnya bagi kelas ekonomi:
Formasi Kursi 2-2: KAI akhirnya meninggalkan formasi 3-2 yang sempit. Formasi 2-2 (dua di kanan, dua di kiri) memberikan ruang gerak (legroom dan shoulder room) yang jauh lebih lega.
Kursi Ergonomis: Kursi fiberglass tegak lurus diganti total. Kursi baru ini jauh lebih empuk, berbahan kain (fabric) atau kulit sintetis yang nyaman, dan yang terpenting: sandarannya bisa direbahkan (reclining) meski terbatas.
Fasilitas Modern: Stopkontak kini menjadi standar (dua lubang untuk dua kursi), toilet menjadi modern (toilet duduk dan jongkok yang bersih), dan TV digital dipasang di setiap gerbong untuk hiburan.
Transformasi inilah yang mengukuhkan statusnya, menjadikan Kereta Api Kertajaya Simbol Transportasi Ekonomi yang Tetap Nyaman.
Transformasi Status: Dari PSO ke Komersial Murni
Seiring dengan peningkatan fasilitasnya, status Kertajaya juga berubah. Ia kini diposisikan sebagai kereta Ekonomi Komersial (Non-PSO). Artinya, harganya tidak lagi disubsidi pemerintah.
Ini adalah langkah strategis. KAI harus membuat Kertajaya mampu bersaing secara head-to-head dengan moda otomotif lain seperti bus malam eksekutif dan mobil pribadi (via Tol Trans-Jawa). Dengan fasilitas stainless steel 2-2, Kertajaya memiliki value proposition yang sangat kuat: lebih nyaman dan bebas macet dibanding bus, serta jauh lebih hemat dan santai dibanding menyetir mobil pribadi.
Ini adalah posisi yang berbeda, dan penting untuk memahami Perbandingan Kereta Kertajaya vs Kereta Ekonomi PSO di Rute Pantura (seperti KA Airlangga) yang kini mengisi segmen subsidi.

Kertajaya Hari Ini: Raja Pantura yang Efisien
Transformasi Kertajaya hari ini juga ada pada efisiensinya. Ia seringkali beroperasi sebagai salah satu rangkaian kereta penumpang terpanjang di Indonesia, kadang membawa 14 hingga 16 gerbong dalam satu tarikan lokomotif. Ini adalah sebuah inovasi dalam efisiensi operasional.
Perjalanannya tetap setia melayani “denyut nadi” ekonomi di Pantura. Untuk informasi operasional terbarunya, kamu bisa mengecek Fasilitas dan Rute Lengkap Kereta Api Kertajaya Terbaru.
Dari gerbong panas berkipas angin menjadi armada stainless steel ber-AC yang nyaman dengan kursi 2-2, evolusi Kereta Api Kertajaya adalah cerminan dari transformasi KAI itu sendiri. Ia adalah bukti bahwa “murah” tidak lagi harus berarti “tidak nyaman”.
Sumber gambar: Dreamina
Penulis: Gelar Hanum (hnm)

