Sejarah dan Perkembangan Mass Rapid Transit di Indonesia

Sejarah dan Perkembangan Mass Rapid Transit di Indonesia

OTOMAGZ-Bagi kamu yang setiap hari bergelut dengan lalu lintas di kota besar, kehadiran Mass Rapid Transit (MRT) terasa seperti sebuah lompatan besar. Sebuah moda transportasi yang senyap, cepat, bersih, dan super tepat waktu. Namun, apa yang kamu lihat beroperasi hari ini kereta “Ratangga” yang melesat mulus dari Lebak Bulus ke Bundaran HI bukanlah sebuah proyek yang terwujud dalam semalam.

Ini adalah sebuah epik panjang. Sebuah cerita yang membentang puluhan tahun, penuh dengan wacana, studi yang tak terhitung jumlahnya, tantangan politik, dan puncaknya, sebuah keajaiban rekayasa teknik sipil. Sejarah MRT di Indonesia, khususnya di Jakarta, adalah sejarah perjuangan melawan kemacetan yang disebabkan oleh dominasi kendaraan pribadi.

Jasa Pembuatan Website

Wacana Awal: Mimpi di Era 80-an dan 90-an

Percaya atau tidak, gagasan untuk membangun sistem transportasi massal canggih di Jakarta sudah dimulai sejak akhir 1980-an. Para pakar tata kota dan pemerintah saat itu sudah bisa “meramal” bahwa pertumbuhan kendaraan pribadi yang tidak terkendali akan melumpuhkan ibu kota.

Berbagai studi dan proposal mulai dibuat. Berbagai konsep ditawarkan, mulai dari monorel, kereta bawah tanah (subway), hingga kereta layang. Namun, wacana ini tenggelam oleh berbagai prioritas lain. Puncaknya, krisis moneter besar di tahun 1997-1998 membekukan hampir semua rencana infrastruktur besar, termasuk mimpi Jakarta untuk memiliki MRT. Wacana itu kembali masuk ke dalam laci, sementara jumlah mobil dan motor di jalan terus meledak.


Studi Kelayakan dan Titik Terang Bersama JICA

Memasuki era 2000-an, kondisi lalu lintas Jakarta sudah berada di titik yang sangat kritis. Kerugian ekonomi akibat kemacetan mencapai triliunan rupiah per tahun. Mimpi lama itu pun terpaksa dibuka kembali, kali ini dengan keseriusan yang berbeda.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Pusat akhirnya berkolaborasi intensif. Titik terang paling signifikan datang dengan keterlibatan JICA (Japan International Cooperation Agency). JICA tidak hanya hadir sebagai konsultan, tetapi juga sebagai mitra pendanaan utama melalui skema pinjaman lunak (soft loan).

Serangkaian studi kelayakan (Feasibility Study) yang sangat mendalam dilakukan. Berbagai opsi jalur, teknologi, dan model pembiayaan dikaji. Akhirnya, pada tahun 2005-2006, sebuah konsensus dan rencana induk (master plan) lahir: Jakarta akan membangun sistem MRT yang memadukan jalur layang (elevated) dan jalur bawah tanah (underground).

Sejarah dan Perkembangan Mass Rapid Transit di Indonesia

Fase 1: Dimulainya Era Konstruksi Besar

Sejarah sesungguhnya dimulai di era kepemimpinan Gubernur Joko Widodo pada Oktober 2013. Di sinilah groundbreaking atau peletakan batu pertama Fase 1 akhirnya dilakukan. Ini adalah momen bersejarah yang menandai bahwa proyek ini bukan lagi sekadar wacana di atas kertas.

Konstruksi Fase 1 membentang sepanjang 15,7 kilometer, menghubungkan Lebak Bulus di Jakarta Selatan dengan Bundaran Hotel Indonesia (HI) di Jakarta Pusat. Proyek ini dibagi menjadi dua bagian besar:

Struktur Layang (Elevated): Sepanjang 9,8 km dari Lebak Bulus hingga Sisingamangaraja, melintasi 7 stasiun layang.

Struktur Bawah Tanah (Underground): Sepanjang 5,9 km dari Senayan hingga Bundaran HI, melintasi 6 stasiun bawah tanah.


Tantangan Pengeboran dan Lahirnya “Antareja”

Bagi kita di dunia “otomotif” dan rekayasa, inilah bagian paling menarik dari perkembangan MRT. Membangun jalur layang di atas arteri jalan yang sibuk sudah sulit, tetapi tantangan terbesarnya adalah menembus “perut” Jakarta.

Inilah pertama kalinya Indonesia mengoperasikan TBM (Tunnel Boring Machine) atau mesin bor terowongan raksasa. Empat mesin bor didatangkan langsung dari Jepang, dan atas arahan Presiden Jokowi, keempatnya diberi nama yang kental dengan mitologi Indonesia: Antareja, Antareja II, Wisanggeni, dan Wisanggeni II.

Mesin-mesin bor raksasa ini bekerja senyap di kedalaman puluhan meter di bawah permukaan, mengebor tanah sambil langsung memasang dinding terowongan (segmen). Ini adalah sebuah mahakarya rekayasa presisi tinggi yang dilakukan di bawah lalu lintas padat, gedung-gedung pencakar langit, dan aliran sungai. Tentu saja, tantangan lain seperti pembebasan lahan di area Fatmawati menjadi drama tersendiri yang menguji persistensi proyek ini.


Operasi Komersial dan Perkembangan Hari Ini

Setelah melalui perjuangan konstruksi yang rumit, Kereta MRT Jakarta dengan armadanya yang diberi nama “Ratangga” akhirnya diresmikan dan mulai beroperasi komersial pada Maret 2019.

Dampaknya instan. MRT tidak hanya memindahkan orang, tetapi juga mengubah budaya. Ketepatan waktu yang nyaris 100%, kebersihan stasiun, dan budaya antre yang tertib menjadi standar baru transportasi publik di Indonesia. MRT juga menjadi katalisator utama bagi pengembangan kawasan berbasis transit atau Transit-Oriented Development (TOD), di mana hunian, perkantoran, dan area komersial terintegrasi langsung dengan stasiun.

Sejarah dan Perkembangan Mass Rapid Transit di Indonesia

Visi Masa Depan: Fase 2, 3, dan Seterusnya

Perkembangan MRT tidak berhenti di Fase 1. Sejarahnya terus ditulis.

Fase 2: Saat ini, konstruksi Fase 2 (Bundaran HI menuju Kota Tua) sedang berlangsung. Ini adalah tantangan rekayasa yang lebih rumit karena pengeboran dilakukan di area cagar budaya (heritage) yang sensitif.

Fase 3 (Koridor Timur-Barat): Ini adalah rencana besar berikutnya, koridor Cikarang–Balaraja yang akan menjadi game changer sesungguhnya, membelah Jakarta dari timur ke barat.

Kota Lain: Kesuksesan di Jakarta telah memicu studi dan rencana untuk pembangunan MRT di kota-kota besar lain yang juga terancam lumpuh akibat kemacetan, seperti Surabaya dan Bandung.

Dari sebuah mimpi di tahun 80-an untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh kendaraan pribadi, MRT telah berkembang menjadi tulang punggung baru mobilitas urban di Indonesia. Ini adalah bukti bahwa dengan perencanaan jangka panjang, kemauan politik, dan keunggulan rekayasa, sebuah kota bisa bertransformasi.



Sumber gambar: Dreamina

Penulis: Gelar Hanum (hnm)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Name

Email *

Message *