Menelusuri Jalur Utara Bersama Kereta Api Kertajaya

OTOMAGZ-Bagi Anda yang hobi otomotif dan terbiasa menaklukkan “Jalur Utara” atau Pantura yang legendaris dengan aspal panas, konvoi truk, dan Tol Trans-Jawa dari balik kemudi, ada cara lain untuk menelusuri rute ikonik ini. Cara ini memungkinkan Anda melihat Pantura dari perspektif berbeda: santai, bebas stres, dan “terasa” jauh lebih cepat, yaitu dari balik jendela Kereta Api Kertajaya.
Kereta ini adalah “Raja Pantura” sesungguhnya di segmen transportasi massal dan kuda pekerja andalan PT KAI untuk koridor Jakarta–Surabaya via utara, menjadikannya pilihan cerdas bagi penggemar otomotif yang paham betul nilai efisiensi, biaya, dan energi.

Titik Awal: Menukar Stres Kemudi dengan Ketenangan Peron
Perjalanan menelusuri Jalur Utara ini dimulai dari Stasiun Pasar Senen, Jakarta. Bagi seorang pengendara, persiapan perjalanan lintas Jawa berarti serangkaian ritual: cek oli, tekanan ban, isi penuh bahan bakar, siapkan saldo e-toll.
Di peron Pasar Senen, ritualmu berbeda. Kamu hanya perlu mencari gerbong dan nomormu, duduk, dan perjalanan 719 kilometer menuju Surabaya Pasarturi pun dimulai. Inilah kemewahan pertama: perjalanan 11-12 jam ke depan adalah 100% "me time". Kamu tidak sedang "bekerja" (menyetir), kamu adalah penumpang yang menikmati pemandangan.
Pemandangan Pantura dari Perspektif Berbeda
Inilah inti dari "menelusuri" Jalur Utara bersama Kertajaya. Kereta ini berjalan di atas rel yang nyaris sejajar dengan jalan raya Pantura dan Tol Trans-Jawa. Ini memberikanmu sebuah tontonan unik.
Saat kamu melintasi Cirebon, Tegal, atau Pekalongan, kamu akan melihat pemandangan yang familiar tapi dari sudut pandang yang superior. Kamu akan melihat hamparan sawah luas yang membentang ke garis pantai utara. Kamu akan melihat kesibukan di pabrik-pabrik dan gudang-gudang yang menjadi denyut nadi ekonomi Pantura.
Dan yang paling memuaskan: kamu akan melihat kemacetan di jalan raya dari kejauhan. Kamu melaju mulus 90-100 km/jam, sementara di kejauhan sana, kamu melihat barisan truk dan bus yang merayap pelan. Ini adalah sebuah "kemenangan" kecil yang hanya bisa dirasakan oleh seseorang yang paham betul betapa melelahkannya berada di sisi lain (di jalan raya).

"Rest Area" yang Bergerak Bersamamu
Saat mengemudi di Jalur Utara, rest area adalah oasis. Kamu harus berhenti untuk istirahat, ke toilet, atau mengisi perut. Ini memakan waktu dan memotong momentum perjalanan.
Di Kereta Api Kertajaya, rest area-nya bergerak bersamamu. Kapanpun kamu lapar atau haus, kamu hanya perlu berjalan beberapa gerbong ke Kereta Makan (Restorasi). Ini adalah sebuah pengalaman otomotif yang sureal. Kamu bisa memesan secangkir kopi panas atau sepiring nasi goreng, lalu kembali ke kursimu.
Kamu menikmati hidanganmu sambil menatap pemandangan kota Semarang Tawang atau pedalaman Bojonegoro yang berlalu di luar jendela. Kamu tidak kehilangan satu detik pun waktu tempuh. Ini adalah efisiensi yang tidak bisa ditawarkan oleh kendaraan pribadi.
Merasakan "Specs" Sang Kuda Pekerja
Sebagai audiens otomotif, kita tentu peduli pada "jeroan" kendaraan yang kita naiki. Kertajaya modern bukanlah kereta ekonomi kaleng-kaleng dari masa lalu. Sebagian besar, bahkan seluruh, rangkaiannya kini menggunakan rolling stock (armada) stainless steel terbaru buatan PT INKA.
Apa artinya ini bagimu sebagai penumpang?
Suspensi Lebih Baik: Gerbong stainless steel memiliki desain bogie (rangkaian roda) yang lebih modern. Guncangan dan getaran rel terasa jauh lebih halus (terdamped).
Kabin Lebih Senyap: Insulasi kabin jauh lebih baik. Suara deru angin dan gesekan rel tidak sebising gerbong mild steel lama.
Kenyamanan Interior: Formasi kursi 2-2 (dua di kanan, two di kiri) memberikan legroom dan shoulder room yang sangat layak. Ini adalah kenyamanan baru Kereta Api Kertajaya untuk perjalanan jarak jauh. Kursi ergonomis dengan sedikit recline dan colokan listrik di setiap baris adalah standar.
Kamu sedang menaiki "mesin" yang dirancang untuk efisiensi dan kenyamanan jarak jauh.

Tiba di Tujuan: Bugar dan Siap Beraktivitas
Inilah puncak dari pengalaman menelusuri Jalur Utara dengan Kertajaya. Setelah 11-12 jam, kereta tiba di Stasiun Surabaya Pasarturi. Kamu turun dari kereta dalam kondisi bugar.
Bandingkan dengan mengemudi. Setelah 12 jam di balik kemudi fokus penuh, kaki pegal menginjak pedal, bahu kaku memegang setir kamu akan tiba di Surabaya dalam kondisi kelelahan total.
Dengan Kertajaya, kamu bisa tidur nyenyak sepanjang malam. Kamu tiba di Surabaya pada pagi hari, siap untuk langsung bekerja, kuliah, atau berwisata. Energimu utuh. Inilah solusi transportasi hemat untuk rute Surabaya Jakarta yang sesungguhnya; hemat tidak hanya soal uang (yang jelas jauh lebih irit daripada biaya tol + BBM), tapi juga hemat energi fisik dan mental.
Pada akhirnya, menelusuri Jalur Utara bersama Kertajaya adalah pilihan "otomotif" yang cerdas. Ini adalah cara untuk tetap mengapresiasi kebrutalan dan keindahan rute Pantura, namun dari posisi superior: di kabin ber-AC yang nyaman, tanpa kelelahan, dan dengan biaya yang sangat rasional.
Sumber gambar: Dreamina
Penulis: Gelar Hanum (hnm)

