Dampak Opsen Pajak Kendaraan 2025, Efeknya pada Harga Mobil Baru dan Pasar Bekas
Apa
Itu Opsen Pajak Kendaraan?
OTOMAGZ - Banyak orang bertanya, “Apa
sebenarnya opsen pajak kendaraan yang mulai berlaku 2025?”
Opsen pajak kendaraan adalah pungutan tambahan dari Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Kewenangan ini diberikan
kepada pemerintah daerah sebagai sumber penerimaan baru. Artinya, setiap
pembelian kendaraan baru maupun pembayaran pajak tahunan akan dikenakan
tambahan persentase sesuai ketetapan daerah.
Tujuannya adalah memperkuat
kemandirian fiskal daerah. Namun, kebijakan ini menimbulkan pertanyaan besar, “Apakah
opsen pajak justru akan membebani masyarakat?”
Apakah
Harga Mobil Baru Akan Naik?
Pertanyaan berikut yang sering muncul adalah,
“Benarkah opsen pajak akan membuat harga mobil dan motor melonjak?”
Jawabannya, iya. Opsen pajak langsung menambah biaya pada harga On The Road
(OTR). Contohnya, mobil keluarga dengan harga Rp300 juta bisa naik jutaan
rupiah hanya karena tambahan opsen.
Dampaknya paling terasa pada segmen
entry-level. Motor dengan harga di bawah Rp20 juta yang sensitif terhadap
perubahan biaya akan lebih sulit dijangkau masyarakat. Produsen besar seperti
Astra Honda Motor bahkan mengingatkan bahwa sedikit kenaikan saja bisa
menurunkan niat beli konsumen.
Dengan kondisi daya beli yang belum
sepenuhnya pulih, wajar jika masyarakat bertanya, “Haruskah menunda membeli
kendaraan baru sampai situasi lebih stabil?”
![]() |
| Sumber Gambar: Pinterest |
Bagaimana
Dampaknya ke Pasar Mobil Bekas?
Calon pembeli mobil bekas juga mulai
bertanya, “Apakah opsen pajak akan memengaruhi harga jual kembali?”
Jawabannya: sangat mungkin. Kendaraan dengan PKB tahunan yang tinggi akibat
opsen akan kurang diminati. Calon pembeli tentu memperhitungkan beban biaya
kepemilikan kendaraan (Total Cost of Ownership). Akibatnya, mobil atau motor
dengan pajak tinggi akan cenderung ditawar lebih rendah.
Situasi ini bisa membuat pasar mobil
bekas lebih dinamis. Ada kemungkinan sebagian konsumen beralih ke mobil bekas
yang dianggap lebih terjangkau dibandingkan membeli unit baru. Namun, di sisi
lain, pemilik kendaraan harus siap menghadapi depresiasi harga lebih cepat.
Bagaimana
Industri Otomotif Menyikapinya?
Pertanyaan lain yang sering muncul di
forum otomotif adalah, “Apa langkah industri menghadapi opsen pajak ini?”
Pelaku industri menilai kebijakan ini bisa menekan penjualan mobil baru. Mereka
berharap ada kebijakan penyeimbang, misalnya insentif untuk kendaraan listrik
atau penurunan tarif pajak di sektor lain.
Beberapa produsen juga mulai
menyiapkan strategi adaptasi, seperti:
- Memberikan program kredit lebih
ringan
- Menawarkan promosi jangka panjang
- Mendorong penjualan kendaraan
listrik sebagai alternatif
Namun, muncul pertanyaan lanjutan, “Apakah
insentif kendaraan listrik cukup untuk menahan dampak opsen pajak?”
Mengingat harga mobil listrik masih jauh lebih tinggi dibandingkan mobil
konvensional, jawabannya masih perlu ditunggu.
![]() | |
|
Bagaimana
Respons Konsumen?
Konsumen kini semakin kritis. Banyak
yang bertanya, “Apa yang harus dipertimbangkan sebelum membeli kendaraan di
tengah kebijakan opsen pajak?”
Salah satu kuncinya adalah menghitung Total Cost of Ownership (TCO). Ini
mencakup harga beli, pajak tahunan, biaya perawatan, dan depresiasi harga jual
kembali.
Bagi yang tetap ingin membeli mobil
baru, ada baiknya memilih tipe dengan efisiensi tinggi dan pajak lebih rendah.
Sedangkan bagi konsumen dengan bujet terbatas, pasar motor entry-level atau
mobil bekas bisa menjadi pilihan lebih realistis.
Di titik ini muncul pertanyaan reflektif, “Apakah masyarakat akan mengubah pola konsumsi kendaraan, dari membeli mobil baru ke bekas, atau bahkan menunda pembelian sama sekali?”
Opsen pajak kendaraan yang berlaku
mulai 2025 adalah kebijakan fiskal daerah dengan konsekuensi nyata. Harga mobil
baru naik, pasar mobil bekas terpengaruh, dan industri otomotif dipaksa
beradaptasi. Konsumen pun harus lebih cermat dalam menghitung biaya kepemilikan
jangka panjang.
Pertanyaannya sekarang, “Apakah
kebijakan ini benar-benar akan meningkatkan pendapatan daerah tanpa merugikan
daya beli masyarakat?” Jawaban pastinya akan terlihat dalam beberapa tahun
mendatang, ketika tren penjualan mobil dan motor benar-benar tercatat.


.webp)
.webp)
